Para pembaca yang InsyaAllah dirahmati Allah, dan senantiasa selalu bergantung pada –Nya. Alhamdulillah telah diberi kesempatan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menulis Artikel selanjutnya nih. Tak lupa Salawat untuk Nabi Muhammad ﷺ karena nantinya yang InsyaAllah kita sampaikan adalah Hadits dari beliau yang mulia. Sesuai janji kemarin nih, dalam Serasi kali ini kita akan membahas mengenai Hadits ke 2 dari Kitab Umdatul Ahkaam. Sebelumnya kita sudah membahas tentang Pentingnya Niat, nah sekarang kita akan membahas tentang Pentingnya Bersuci Ketika Hendak Shalat. Taisirul 'Allam - Hadits ke-2 الۡحَدِيثُ الثَّانِي ٢ – عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (لَا يَقۡبَلُ اللهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمۡ إِذَا أَحۡدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ)[1]. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak menerima salat salah seorang kalian apabila ia telah berhadas sampai ia berwudu terlebih dulu.” Makna secara umum: Allah Pembuat syariat yang Maha Bijaksana membimbing siapa saja yang hendak salat untuk tidak memulainya kecuali dalam keadaan yang baik dan kondisi yang indah. Karena salat merupakan ikatan erat antara Rabb dengan hambaNya dan ia merupakan jalan untuk bermunajat kepadaNya. Oleh karena itulah, Allah memerintahkan hambaNya untuk berwudu dan bersuci ketika hendak salat. Dan Dia mengabarkan bahwa salat itu tertolak tidak diterima tanpa wudu. Kesimpulan hadis ini: 1. Bahwa salat orang yang berhadas tidak diterima sampai ia bersuci dari dua hadas yang besar dan yang kecil. 2. Bahwa hadas merupakan pembatal wudu dan pembatal salat apabila hadas muncul ketika salat. 3. Yang dimaksud tidak diterima di sini adalah tidak sah dan tidak cukup salatnya. 4. Hadis ini menunjukkan bahwa bersuci (berwudhu) merupakan syarat sahnya salat. Hadas kecil adalah kotoran (najis) yang dikeluarkan manusia yang mana bila si orang tersebut hendak sholat atau membaca Alqur'an hendaklah bersuci dulu dengan cara berwudhu atau tayamum. Contoh hadas kecil adalah Kencing, Buang air besar, Kentut. Sedangkan hadas besar adalah keadaan khusus seseorang yang mana bila dia akan sholat atau membaca Alqur'an maka harus bersuci dengan cara mandi wajib. Contoh hadas besar adalah Haid, Nifas, Keluar mani, baik sehabis bersetubuh ataupun tidak bersetubuh. Sumber : http://ismailibnuisa.blogspot.com/2015/05/taisirul-allam-hadits-ke-2.html?m=1 https://id.quora.com/Apa-yang-disebut-hadas-kecil-dan-hadas-besar-dan-contohnya-sperti-apa
0 Comments
Para pembaca yang InsyaAllah dirahmati Allah, dan senantiasa selalu bergantung pada –Nya. Artikel ini merupakan Serasi pertama pada kepengurusan Forsip Almadani 2021/2022, oleh karena itu hendaklah kita sama-sama meminta kepada Allah agar selalu ditunjukkan jalan yang lurus dan semangat yang kuat agar mampu menyebarkan dakwah –Nya dengan baik. Tak lupa Salawat untuk Nabi Muhammad ﷺ karena nantinya yang InsyaAllah kita sampaikan adalah Hadits dari beliau yang mulia. Baiklah dalam Serasi kali ini kit akan membahas mengenai Hadits 1 dari Kitab Umdatul Ahkaam, dan InsyaAllah jika tidak ada halangan untuk Serasi selanjutnya kita akan membahas Hadits-hadits dalam Kitab Umdatul Ahkaam ini. Kitab “Umdatul Ahkaam” ini adalah buku yang dikarang oleh Syaikh Taqiyuddin Abu Muhammad Abdul Ghaniy Ibnu Abdil Waahid ibni Aliy al Maqdisiy al Hambali rahimahullah. Beliau lahir tahun 541 H, dan wafat tahu 600 H. Tentang Beliau, imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata; رحم الله الحافظ عبد الغني فقد كان نادراً في زمانه في الحديث وأسماء الرجال “Semoga Allah merahmati al Hafidzh Abdul Ghaniy. Beliau adalah tokoh yang sangat mumpuni dalam bidang hadits dan perawinya. Jarang didapati tokoh sezamannya yang memiliki tingkat kredibilitas sama dengan Beliau.” Buku “Umdatul Ahkaam” ini adalah buku yang memuat hadits-hadits inti dalam masalah-masalah hukum fiqh. Hadits-hadits pilihan tersebut –sebagian besarnya- diambil dari hadits-hadits yang telah disepakati oleh imam Bukhari dan imam Muslim (Muttafaq ‘alaihi ). Selebihnya adalah hadits-hadits yang diriwayatkan secara bersendiri oleh imam Bukhari atau imam Muslim saja. Karena muatannya yang berisi hadits-hadits inti yang shahih dan mencakup seluruh bahasan fiqh, maka kitab ini adalah satu dari kitab referensi yang sangat penting dan sangat istimewa. Belum lagi ditambah dengan pelajaran-pelajaran tarbawi yang in sya Allah akan didapatkan dari hadits-hadits tersebut berdasarkan penjelasan para ulama yang secara khusus mencurahkan potensinya untuk menjelaskan buku “Umdatul ahkaam ini”. Olehnya itu, maka jika seorang membaca kitab “Ad Dhaw al Laamie li ahli al Qarn at Taasi’e “, maka ia akan mendapati hampir seluruh ulama yang hidup pada masa itu (abad ke-9 H) menghafal Umdatul Ahkaam . Baiklah kita mulai dengan Hadits 1 عن عمر بن الخطاب – رضي الله عنه – قال: سمعت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول: ((إنما الأعمال بالنيات – وفي رواية: بالنية – وإنما لكلِّ امرئ ما نوى؛ فمَن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرتُه إلى الله ورسوله، ومَن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو امرأة يتزوَّجها فهجرته إلى ما هاجَر إليه)) . Dari Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata; saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Semua amalan itu ada karena niat. Dan setiap orang akan mendapat balasan dari perbuatannya sesuai dengan niatnya masing-masing. Maka barangsiapa hijrah karena Allah dan Rasul Nya, maka hijrahnya itu akan dinilai sebagai sebuah ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya. Dan barangsiapa hijrah karena dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapat sesuai yang diniatkannya saja.”.
Beliau memeluk Islam pada tahun ke-5 atau tahun ke-6 setelah diangkatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi. Maka dengan keislaman Beliau –yang terkenal dengan keberaniannya- bertambah kokoh dan kuatlah barisan Islam. Beliau adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, dengan penunjukan langsung dari Abu Bakar –khalifah pertama- sebelum wafatnya. Beliau melaksanakan tugas kekhalifahannya secara baik, hingga akhirnya Beliau ditikam pada saat memimpin shalat subuh sebanyak 4 kali oleh seorang budak Majusi. Kejadian itu berlangsung pada 4 hari terakhir dari bulan Dzulhijjah. Beliau sempat dirawat selama 3 hari. Dan pada akhirnya wafat pada tahun ke-23 H. Kemudian Beliau dikubur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu di bilik Aisyah radhiyallahu ‘anha. Disebutkan dalam shahih Bukhari, menjelang wafatnya, seorang pemuda datang menjenguknya dan berkata; أَبْشِرْ يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ بِبُشْرَى اللَّهِ لَكَ، مِنْ صُحْبَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقَدَمٍ فِي الإِسْلاَمِ مَا قَدْ عَلِمْتَ، ثُمَّ وَلِيتَ فَعَدَلْتَ، ثُمَّ شَهَادَةٌ “Bergembiralah wahai Amirul mukimin dengan janji Allah kepadamu; karena Engkau telah menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, telah memeluk Islam di awal-awal dakwah Beliau, telah menjadi pemimpin yang adil, dan kemudian meraih syahid.”. Setelah itu, Sang pemuda berlalu. Namun sebelum berlalu ternyata Umar radhiyallahu ‘anhu sempat melihat pakaian Sang pemuda yang menjulur hingga ke bawah mata kaki. Saat itu, Beliau segera meminta orang-orang yang berada di dekatnya untuk memanggil Sang pemuda. Setelah datang, Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Sang pemuda; يَا ابْنَ أَخِي ارْفَعْ ثَوْبَكَ، فَإِنَّهُ أَبْقَى لِثَوْبِكَ، وَأَتْقَى لِرَبِّكَ “Wahai anak muda, angkatlah pakaianmu (ke atas mata kaki) !. Sesungguhnya itu lebih bersih bagi pakaianmu dan lebih menunjukkan ketakwaan kepada Rabb mu.” . Demikianlah Umar bin Khtthaab, tidak sedikitpun celah kebaikan yang bisa dilakukannya, melainkan Beliau akan berusaha melakukannya. Bahkan meski dalam masa-masa kritis Beliau, menjelang wafatnya. Semoga Allah senantiasa merahmati Beliau dan menguatkan kita untuk dapat meneladaninya.
من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد “Barangsiapa mengamalkan sebuah pekerjaan ibadah yang tidak dicontohkan, maka sungguh amalannya tersebut akanlah tertolak.”. Bila hadits pertama mewakili perkara-perkara bathin (hati), maka hadits kedua adalah landasan bagi perkara-perkara yang sifatnya dzhahir (nampak). Olehnya, maka sebagian ulama menyatakan bahwa inti dari keseluruhan agama ini terletak pada dua hadits tersebut . Ada juga yang menyatakan bahwa hadits ini sepertiga agama atau seperempat agama. Dalam sebuah pernyataan yang disandarkan kepada Imam Syafi’ie, Beliau rahimahullah berkata; هَذَا الْحَدِيث ثُلُث الْعِلْمِ، وَيَدْخُلُ فِي سَبْعِينَ بَابًا مِنَ الْفِقْه “Hadits ini adalah sepertiga ilmu dan masuk ke 70 bab dalam pembahasan fiqh.” . Ishaq bin Rahawayh rahimahullah berkata; “Empat hadits yang memuat inti agama adalah, … kemudian Beliau menyebutkan hadits ini sebagai satu diantara keempat hadits tersebut.” . Namun apapun yang dinyatakan oleh para ulama berkenaan dengan hadits ini, pesan utama yang hendak disampaikan bahwa hadits ini adalah satu diantara hadits inti yang seharusnya diketahui oleh setiap muslim.
a. Untuk membedakan antara kebiasaan dan ibadah b. Untuk membedakan satu jenis ibadah dengan jenis ibadah yang lain. Di hari senin, ada dua orang berpuasa; satu diantaranya berpuasa untuk diet dan yang lain berpuasa sunnah. Apa yang membedakannya ?. Di hari yang sama, ada dua orang lain yang juga berpuasa; satu diantaranya berpuasa sunnah dan yang lain berpuasa qadha Ramadhan yang telah ditinggalkannya karena sakit. Apa yang membedakannya ?. Jawaban dari keduanya adalah niat. Demikianlah fungsi niat, selain bahwa niat adalah syarat sahnya sebuah amalan sebagai ibadah kepada Allah; fungsi niat juga adalah untuk membedakan satu jenis ibadah dengan jenis ibadah yang lain. Selain karena sebetulnya ramalan-ramalan dari tukang ramal maupun ramalan bintang, zodiak, dan sebagainya itu tidak berdasar, hal-hal seperti ini memang harus dihindari dalam Islam! Sesungguhnya yang mengetahui hal ghaib secara khusus hanyalah Allah SWT. ....وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri….” (QS. Al An’am: 59). Ini nih, beberapa hukum mengenai tukang ramal, ramalan zodiak, dan semacamnya!
1) Tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari (shalatnya hanya dihitung sebagai penggugur kewajiban, namun tidak dinilai pahala) مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230, dari Shofiyah, dari beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). 2) Kufur terhadap apa yang telah diturunkan pada Muhammad, yang dimaksud adalah kufur ashgor مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur padaAl Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
وَإِنَّ مِنَّا رِجَالاً يَأْتُونَ الْكُهَّانَ. قَالَ « فَلاَ تَأْتِهِمْ “Di antara kami ada yang mendatangi para tukang ramal”. Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata, “Jangan datang tukang ramal tersebut.” (HR. Muslim no. 537).
Disamping fakta hukumnya dilarang dalam Islam, hal-hal seperti ini toh tidak ada landasan yang dapat dipercaya, kan? Jadi, yuk kita hindari mendatangi tukang ramal ataupun membaca ramalan zodiak! Semoga kita senantiasa dilindungi Allah swt. Aamiin~ Sumber: rumaysho.com = Dept. Syiar Aflahul Ahsan, Forsip Al-Madani 2020 Gen. Al-Hawariyyin = #Serasi_November Galau emang meresahkan ya akhwat, galau ini bisa menyerang siapapun. Galau dalam KBBI memiliki persamaan kata dengan kacau pikiran, bimbang, bingung, cemas dan gelisah. Kata galau akan lebih tepat bila disebut bimbang, namun pengertiannya lebih pada arah bentuk kecemasan seseorang. Kecemasan adalah perasaan tak nyaman berupa rasa gelisah, takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologis dan fisiologis. Kecemasan dalam kadar normal merupakan reaksi atas stress yang muncul guna membantu seseorang dalam merespon situasi yang sulit. Kecemasan dapat dimasukkan dalam teori psikoanalisis. Freud mengatakan kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. · Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada besarnya ancaman. · Kecemasan neurotik adalah rasa takut bila instink atau keinginan pribadi akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang tidak diinginkan. · Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. (selengkapnya baca di http://fimadani.com/galau-dari-sudut-pandang-psikologi/) Kiat untuk Mengatasi Rasa Galau
1. Shalat Di dalam shalat terdapat kedamaian yang besar bagi jiwa dan ketenangan bagi ruh. Dalam shalat terdapat obat untuk beragam penyakit kejiwaan, seperti gelisah dan cemas. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat.” (QS. Al-Ma’aarij: 19-23). Di dalam shalat terdapat aktivitas mengingat Allah, menghambakan diri kepada Allah, merendahkan diri kepada-Nya dengan demikian dengan shalat akan melapangkan dada, menghilangkan kesempitan yang menyesakkan. “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu termasuk di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu sesuatu yang yakin (ajal menjemput).” (Arti QS. Al-Hijr: 97-99) 2. Membaca Al-Qur’an dan Berzikir Ketika seorang hamba banyak membaca kitab suci Al-Qur’an insyaAllah akan terbukti betapa besarnya pengaruh Al-Qur’an sebagai obat hati yang gelisah. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya, “Wahai manusia telah datang kepadamu Kitab Al-Qur’an yang mengandung pengajaran dari Tuhan dan obat bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada (hati) serta mengandung tuntunan dan rahmat bagi mereka yang beriman (mempercayainya).” (Q.S Yunus: 57). Ketika kita membaca Al-Qur’an seolah-olah Allah sedang berbicara dengan kita, dan pada hakikatnya hati manusia ada di tangan Allah, sehingga apabila seorang hamba ingin ketenangan hati maka salah satu solusinya adalah dengan berdzikir kepada Allah. Hal ini sesuai firman Allah yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. (Arti QS. Ar-Rad: 28). 3. Doa pengusir Rasa Gundah Doa untuk mengatasi rasa galau dan gundah gulana ini telah dicontohkan oleh panutan kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada sebuah kegundahan dan kesedihan yang menimpa seseorang, lalu ia mengucapkan: اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ “Wahai Allah, sesungguhnya saya adalah Hamba-Mu, dan anak lelaki dari hamba-Mu lelaki dan anak lelaki dari hamba-Mu perempuan, ubun-ubunku berada di tangan-Mu, hukum-Mu berlaku pada diriku, ketetapan-Mu adil pada diriku, saya memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang ia milik-Mu, yang Engkau telah menamai diri-Mu dengannya atau telah Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu atau yang telah Engkau turunkan di dalam Kitab-Mu atau yang Engkau rahasiakan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, maka dengan itu saya mohon Engkau menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, hilangnya kesedihanku dan lenyapnya kesusahanku”, kecuali Allah menghilangkan darinya rasa resah dan sedihnya dan menggantikannya dengan kegembiraan”, lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, Alangkah baiknya kita mempelajarinya?”, beliau menjawab: “Tentu, bagi siapa yang mendengarnya untuk mempelajarinya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 199). Selain itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mencontohkan do’a apabila mengalami hal-hal yang menyenangkan hati dan hal-hal yang tidak menyenangkan hati. Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat (mendapatkan) sesuatu yang dia sukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan “Alhamdulillaahilladzii bi ni’matihi tatimmush shoolihaat” yang artinya segala puji hanya bagi Allah, yang dengan segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Dan apabila mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan, “Alhamdulillaahi ‘alaa kulli haal” yang artinya segala puji hanya bagi Allah atas segala keadaan (Hadits Riwayat Ibnu Majah, shahih). Sungguh menakjubkan perilaku Rasaulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau benar-benar mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur atas keadaan yang sekarang sedang menimpa kita karena pada sejatinya semua keadaan adalah baik bagi orang-orang yang beriman. Nah, gimana perasaannya sekarang setelah membaca ini ikhwatii fillah? Semoga kita bisa menerapkan ini ke perilaku kita sehari-hari ya akhwat. Tidak baik bagi kita sekalian berlama-lama dalam galau, ketika kita galau maka bisa saja kita menjadi kurang produktif dan itu akan merugikan diri kita sendiri ikhwah. Akibatnya, beribadah kepada Allah juga tidak fokus, naudzubillah.. Yok kurangin galau, perbanyak dzikir ya akhwat shalihah... #ForsipAl-Madani #GenerasiAl-Hawariyyiin #DIA_Nazeera #KarenaKitaIstimewa #AllAboutAnnisa_ed.5 Referensi : Muslimah.or.id Fimadani.com Salah satu emosi dasar yang ada pada manusia adalah marah. Biasanya nih, karena suatu hal yang tidak menyenangkan terjadi, amarah kita bisa terpancing. Ketika kita marah, seringkali kemarahan itu berujung pada tindakan yang lebih buruk dan penyesalan. Kenapa? Ya karena saat kita marah seringkali kita hilang kendali, sehingga secara tidak sadar pun kita bisa melontarkan kata-kata yang tidak pantas dan melakukan perbuatan yang buruk dan merusak. Oleh karena inilah, dalam agama Islam pun marah merupakan sesuatu yang sebaiknya kita hindari, sebagaimana hadits berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ (رَوَاهُ البُخَارِيي) Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 6116] Maksud dari “jangan marah” di sini memiliki dua makna, yaitu: 1) menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak marah, dan 2) jangan sampai melakukan kelanjutan dari marah. Ada pula beberapa faedah hadits tersebut, diantaranya:
Nah, sudah jelas bagaimana Islam mengajarkan agar kita dapat menahan amarah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi, namanya juga manusia, sulit untuk menghindari hal ataupun situasi yang bisa saja memicu kemarahan kita. Pasti ada saja hal-hal yang membuat kesal dan mengarah pada meledaknya amarah. Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak bisa meredam marah loh! Berikut ada beberapa tips untuk meredam amarah:
Mulai sekarang, yuk tahan dan redam amarah kita! Semoga kita selalu diberikan kekuatan dan perlindungan oleh Allah SWT dalam menghadapi segala macam situasi. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin. Sumber: rumaysho.com = Dept. Syiar Aflahul Ahsan, Forsip Al-Madani 2020 Gen. Al-Hawariyyin = #Serasi_Oktober Seakan belum mau berhenti, kasus terkonfirmasi Covid-19 di berbagai belahan dunia terus bertambah setiap harinya. Data Kemenkes RI mencatat kasus terkonfirmasi di Indonesia telah mencapai 275.213 (per tanggal 28 September 2020). Akibat dari tingginya angka ini, beberapa daerah sempat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) guna menekan penyebaran Covid-19. Namun, PSBB ini berimbas pada menurunnya sektor ekonomi dari berbagai pihak. Perusahaan keci hingga perusahaan besar, masyarakat kelas atas hingga kelas menengah kebawah, semua terdampak. Karena hal ini pula akhirnya pemerintah memutuskan untuk menggalangkan gerakan “new normal” dengan berbagai protokol kesehatan yang harus dipatuhi seluruh masyarakat. Namun, bagaimana pun juga, kesulitan ekonomi tetap dirasakan oleh banyak pihak, terlebih lagi bagi masyarakat yang memang tergolong kelas menengah kebawah. Pendapatan harian menurun drastis, banyak para karyawan diberhentikan dan kehilangan pekerjaan, bahkan hingga kesulitan mendapatkan makanan sehari-hari. Masih banyak saudara-saudara kita yang kelaparan di tengah pandemi yang melanda. Berkaitan dengan sulitnya ekonomi dan pangan di masa pandemi ini, terdapat keutamaan bagi kita yang masih mampu dan mau untuk bersedekah. Terdapat firman Allah swt. yang menyinggung hal ini: (14) فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ (11) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (12) فَكُّ رَقَبَةٍ (13) أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ “Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan.” (QS. Al-Balad: 11-14). Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah (224-310 H) menerangkan bahwa memberi makan pada hari “dzi mas-ghabah” dimaksudkan saat masa kelaparan, ketika makanan menjadi langka, di masa semua kebutuhan terfokus pada makanan. Dalam Zaad Al-Masir (9:135), Ibnul Jauzi rahimahullah (508-597 H) berkata menyebutkan perkataan Ibnu Qutaibah bahwa mas-ghabah artinya menderita kelaparan, kata tersebut berasal dari saghiba, yas-ghabu, su-ghuuban, artinya ketika lapar. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah (1347-1421 H) menyatakan, “Dzi mas-ghabah berarti keadaan penuh kelaparan, bisa jadi karena kelaparan melanda, bisa jadi karena hasil pertanian dan buah-buahan berkurang, bisa jadi pula karena penyakit pada tubuh mereka, atau bisa pula ada makanan namun tidak mengenyangkan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hlm. 220). Jika kita renungkan dan sadari, keadaan dunia sekarang tidak jauh berbeda dari penjelasan di atas. Merebaknya wabah penyakit menular membuat orang-orang tidak leluasa beraktivitas, yang kemudian berdampak pada pendapatan. Sulitnya mencari nafkah bagi beberapa masyarakat membuat mereka yang kelaparan pun tidak sedikit jumlahnya. Banyak karyawan perusahaan yang diberhentikan dari pekerjaan, tukang ojek yang sepi penumpang, penjual makanan kaki lima, dan masih banyak lagi masyarakat yang kesulitan. Bagi kita yang masih diberi rezeki yang cukup, alangkah beruntungnya kita jika bersedekah dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Terlebih lagi terdapat keutamaan dan manfaat dari bersedekah di tengah situasi pandemi seperti sekarang. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa manfaat sedekah begitu banyak, hanya Allah yang bisa menghitungnya, di antara manfaatnya adalah: أَنَّهَا تَقِيَ مَصَارِعَ السُّوْءِ وَتَدْفَعُ البَلاَءَ حَتَّى إِنَّهَا لَتَدْفَعَ عَنِ الظَّالِمِ , قاَلَ إِبْرَاهِيْمُ النَّخَعِي: وَكَانُوْ يَرَوْنَ أَنَّ الصَّدَقَةَ تَدْفَعُ عَنِ الرَّجُلِ الظَّلُوْمِ ,وَتُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ وَتَحْفَظُ المَالَ وَتَجْلِبُ الرِّزْقَ وَتُفْرِحُ القَلْبَ وَتُوْجِبَ الثِّقَّةَ بِاللهِ وَحُسْنَ الظَّنِّ بِهِ “Sungguh bersedekah itu mencegah kematian yang jelek, mencegah malapetaka (bala), sampai sedekah itu melindungi dari orang yang zalim. Ibrahim An-Nakha’i mengatakan, ‘Orang-orang dahulu memandang bahwa sedekah akan melindungi dari orang yang suka berbuat zalim.’ Sedekah juga akan menghapus dosa, menjaga harta, mendatangkan rezeki, membuat gembira hati, serta menyebabkan hati yakin dan berbaik sangka kepada Allah.” (‘Uddah Ash-Shabirin wa Dzakhirah Asy-Syakirin, hlm. 313, dikutip dari Rumaysho.com). Dari banyaknya manfaat sedekah, maka alangkah baiknya kita yang mampu untuk segera berbagi rezeki kepada yang membutuhkan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata, يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ « أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ “Wahai Rasulullah, sedekah mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat engkau masih sehat, saat engkau takut menjadi fakir, dan saat engkau berangan-angan menjadi kaya. Janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, barulah engkau berkata, ‘Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1419 dan Muslim no. 1032). Wallahu’alam. Source: Rumaysho.com = Dept. Syiar Aflahul Ahsan, Forsip Al-Madani 2020 Gen. Al-Hawariyyin = #Serasi_September Futur merupakan suatu penyakit yang bisa datang dan menyerang para ahli ibadah, para da’i, dan para penuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yang dimaksud mencakup rasa malas, lamban, dan enggan, yangmana sebelumnya seseorang itu rajin, bersungguh-sungguh, dan bersemangat.
Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan:
Futur memiliki bermacam-macam sebab, diantaranya:
Futur ini merupakan penyakit yang berbahaya. Namun, ingat! Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa ada penawarnya. Beberapa obat futur diantaranya:
Penuntut ilmu juga tidak boleh putus asa dan harus selalu waspada terhadap rasa bosan! Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali seseorang menyerah terhadap rasa bosannya, maka ilmunya akan semakin berkurang. Wallahu a'lam. source: almanhaj.or.id = Dept. Syiar Aflahul Ahsan, Forsip Al-Madani 2020 Gen. Al-Hawariyyin = #Serasi_Agustus “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS At-Taubah: 36)
"Setahun terdiri dari dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan, yaitu: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Al-Muharram, serta Rajab Mudhar yang terletak antara Jumada dan Sya’ban. “(HR Al-Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679/4383.) Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah. yang disebut oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Syahrullah (Bulan Allah). Tentunya, bulan ini memilki keutamaan yang sangat besar. “… Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR Muslim no. 1162/2746) Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.” (HR Muslim no. 1134/2666.) teman-teman tau gak? kalau ternyata, perintah puasa asyura itu udah lama loh,. kita juga dianjurkan untuk berpuasa sebelum tanggal 10 atau sesudahnya untuk menyelisihi kebiasaan orang yahudi dan nasrani. “Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.”(HR Al-Bukhari no. 2002.) “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah). manfaatkan waktumu :) ! #dept.Hujan Tujuh Keistimewaan Wanita Muslimah
1. Wanita shalihah adalah perhiasan duniaSebuah hadist menyebutkan: اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 34 ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) , dan karena mereka (laki-laki) telah memberi nafkah dari hartanya.” 2. Wanita adalah karunia, bukan musibahAllah SWT berfirman dalam QS. An-Nahl ayat 72 وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ أَفَبِٱلْبَٰطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ ٱللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” 3. Wanita shalihah lebih baik daripada bidadari di surgaIbnu Mubarok menyampaikan sebuah riwayat dari Hibban bin Abi Jabalah yang mengatakan: إن نساء الدنيا من دخل منهن الجنة فضلن على الحور العين بما عملن في الدنيا Artinya: "Sesungguhnya wanita dunia yang masuk surga lebih unggul dibandingkan wanita surga, disebabkan amal yang mereka kerjakan sewaktu di dunia." Selain itu, Rasulullah SAW bersabda: وفي الحديث أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إن الآدميات من نساء أهل الدنيا أفضل من الحور العين سبعين ألف ضعف Artinya: "Perempuan berjenis manusia asal dunia lebih utama daripada para bidadari surga 70.000 kali lipat." 4. Wanita diberi pengecualian dalam beribadahRasulullah SAW telah bersabda: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ : ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺍِﻣْﺮَﺍﺓٍ ﺗَﺤِﻴْﺾُ ﺇِﻻَّ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻴْﻀُﻬَﺎ ﻛَﻔَﺎﺭَﺓٌ ﻟِﻤَﺎ ﻣَﻀَﻰ ﻣِﻦْ ﺫُﻧُﻮْﺑِﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻓِﻲْ ﺃَﻭَّﻝِ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ Artinya: “Siapa saja wanita yg mengalami haid maka sakitnya haid yang mereka alami akan menjadi Kafaroh (tebusan) bagi dosa –dosanya yang terdahulu." 5.Wanita yang hamil dan melahirkan setara dengan jihadSebuah hadist menyebutkan: الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ Artinya: "Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah, Orang yang mati karena thaun, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati karena ada luka parah di dalam perutnya, syahid. Orang yang mati sakit perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid. Orang yang mati karena tertimpa benda keras, syahid. Dan wanita yang mati, sementara ada janin dalam kandungannya.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani). 6. Dapat masuk surga melalui pintu manapunSebuah hadist menyebutkan: إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ Artinya: “Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.” (HR. Ahmad) 7. Surga di bawah telapak kaki ibu Dari Musa bin Muhammad bin ‘Atha’, Abu Al-Malih, Maimunah, dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata Rasulullah SAW bersabda: عَنْ موسى بن محمد بن عطاء: حدثنا أبو المليح، حدثنا ميمون، عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: «الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئن أدخلن، ومَنْ شِئن أخْرَجن». قال ابن عدي: موسى بن محمد المقدسي منكر الحديث Artinya: “Surga itu di bawah telapak kaki-kaki para ibu, siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan memasukkannya, dan siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan mengeluarkannya." Sumber: https://kumparan.com/hijab-lifestyle/keistimewaan-kaum-wanita-dalam-alquran-dan-hadist-1tDNulcV5Su/full https://www.gomuslim.co.id/read/belajar_islam/2020/03/08/17959/-p-lima-hadits-rasulullah-saw-tentang-keistimewaan-wanita-salihah-p-.html #AllAboutAnnisa_Ed.01 #DepartemenIstimewa Annisa_Nazeera #KarenaKitaIstimewa #ForsipAlmadani #DakwahMustKeepGoing Bismillahirrahmanirrahim.
Sebagaimana yang kita tahu, ada banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan pada bulan Dzulhijjah. Sepuluh hari pertama di bulan ini juga disebutkan dalam sebuah hadits merupakan hari-hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah. “Tidak ada hari dimana suatu amal shâlih lebih dicintai Allah Azza wa Jalla melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni sepuluh hari pertama Dzulhijjah)“. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, termasuk lebih utama dari jihad di jalan Allah?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Termasuk lebih utama dibanding jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar dengan jiwa dan hartanya (ke medan jihad) dan tidak ada satu pun yang kembali (ia mati syahid)” (HR al-Bukhari (no. 969), Abu Dawud (no. 2438), at-Tirmidzi (no. 757), Ibnu Majah (no. 1727)) Hari arafah termasuk ke dalam sepuluh hari spesial tersebut. Jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari arafah memiliki keistimewaannya tersendiri pula. Di hari ini, disebutkan bahwa Allah swt. Paling banyak membebaskan hamba dari neraka, sebagaimana diriwayatkan hadits berikut: “Tidak ada hari di mana Allah Azza wa Jalla membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim no. 1348) Kemudian dalam pelaksanaan ibadah haji, wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling pokok. Rasulullah Muhammad saw. Ditanya oleh sekelompok orang Nejed tentang haji, dan beliau menjawab “Haji itu adalah Arafah” (HR. Tirmidzi no 889, an-Nasa’I no. 3016, dan Ibnu Majah no. 3015). Dengan ini didapatkan bahwa wukuf di Arafah merupakan tiang dari ibadah haji itu sendiri dan merupakan rukun yang terpenting. Apabila meninggalkan rukun ini, maka hajinya tidak sah. Puasa sunnah di hari arafah juga memiliki keutamaan yang besar. Dengan puasa sunnah ini, dosa-dosa yang dilakukan setahun yang lalu dan setahun kedepan akan dihapuskan. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits: “Puasa hari Arafah aku harapkan dari Allah bisa menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya” (HR. Muslim no. 1162) Tak habis disitu, hari arafah juga merupakan waktu doa terbaik. Doa-doa yang dipanjatkan di hari arafah merupakan doa terbaik, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits: “Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir.” (HR. at-Tirmidzi no. 3585, dihukumi shahih oleh al-Albani) Berbicara tentang waktu terbaik doa, ada beberapa waktu mustajab yang dapat kita manfaatkan untuk tidak menyia-nyiakan “golden time” hari arafah ini. Beberapa diantaranya adalah:
Setelah hari arafah berakhir, kita masih mendapatkan keistimewaan Bulan Dzulhijjah ini dengan hari Idul Adha yang jatuh pada keesokan harinya (10 Dzulhijjah 1441/31 Juli 2020). Selain keutamaan ibadah qurban, keutamaan lainnya yang bisa kita dapatkan juga adalah hari jumat juga merupakan waktu mustajab berdoa. Sebagaimana terdapat sebuah hadits: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Sesungguhnya pada hari Jum’at ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut”. (Shahih Al-Bukhari, kitab Da’awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuh 3/5-6). Dengan begitu banyak kesempatan “golden time” dan “all kill” yang Allah berikan di Bulan Dzulhijjah tahun ini, mari kita manfaatkan dengan banyak beribadah dan juga berdoa kepada Allah swt. Alangkah meruginya kita jika menyia-nyiakan kesempatan emas di waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa kepada yang maha kuasa. Wallahu a’lam. Sources: almanhaj.or.id = Dept. Syiar Aflahul Ahsan, Forsip Al-Madani 2020 Gen. Al-Hawariyyin = |
CATATANMedia ini digunakan sebagai salah satu alternatif dakwah kampus via online. ARSIP
August 2023
KATEGORI |